Fariduddin Attar |
Abu Hamid bin Abū Bakr Ibrahim atau lebih dikenal dengan nama pena Fariduddin Attar adalah
seorang penyair muslim, teoritikus tasawuf dan hagiographer.
Attar dilahirkan pada tahu 1145 di Nishapur, Persia. Ayahnya mewariskan rumah
obat kepadanya. Oleh karena itu, namanya, Attar merupakan nama
pena yang ia ambil dari pekerjaannya.Attar berarti herbalis, parfumist, apoteker.
The Conference of Birds dilukis oleh Habib Allah |
Mantiqh at-Thair merupakan kisah fenomenal yang
ditulis Attar untuk menggambarkan sebuah pengalamannya. Kisah yang dituangkan
dari pengalamannya mencari makna dan hakikat kehidupan.
Suatu
hari seorang fakir berpakaian jubah singgah ke apoteknya. Konon, si fakir itu
lalu menangis begitu menghirup aroma wewangian yang menebar di apotek milik
Attar.
Menduga si fakir akan meminta-minta, Attar pun mencoba mengusirnya. Namun, si fakir berkukuh tak mau pergi dari tempat usaha Attar. Lalu si fakir berkata pada Attar, ''Tak sulit bagiku untuk meninggalkan apotekmu ini dan mengucapkan selamat tinggal kepada dunia yang bobrok ini. Yang melekat di badanku hanyalah jubah yang lusuh ini. Aku justru merasa kasihan kepadamu, bagaimana kamu meninggalkan dunia ini dengan harta yang kamu miliki.''
Sesaat setelah melontarkan kata-kata yang menghujam di hati Attar, si fakir itu lalu meninggal dunia di depan kios obat.
Menduga si fakir akan meminta-minta, Attar pun mencoba mengusirnya. Namun, si fakir berkukuh tak mau pergi dari tempat usaha Attar. Lalu si fakir berkata pada Attar, ''Tak sulit bagiku untuk meninggalkan apotekmu ini dan mengucapkan selamat tinggal kepada dunia yang bobrok ini. Yang melekat di badanku hanyalah jubah yang lusuh ini. Aku justru merasa kasihan kepadamu, bagaimana kamu meninggalkan dunia ini dengan harta yang kamu miliki.''
Sesaat setelah melontarkan kata-kata yang menghujam di hati Attar, si fakir itu lalu meninggal dunia di depan kios obat.
Pertemuannya
dengan si fakir kemudian mengubah garis kehidupannya. Ia memutuskan menutup
kios obatnya dan memilih berkelana mencari guru-guru sufi. Yang dicarinya hanya
satu, yakni hakikat kehidupan. Laiknya si fakir yang singgah di
toko obatnya, Attar berkelana dari satu negeri ke negeri lainnya untuk bertemu
dengan syekh - pemimpin tarekat sufi. Beberapa negeri yang disinggahinya antara
lain, Ray, Kufah, Makkah, Damaskus, Turkistan, hingga India. Di setiap syekh
yang ditemuinya, Attar mempelajari tarekat dan menjalani kehidupan di khaniqah
(tempat-tempat berkumpul untuk latihan dan praktik spiritual). Setelah menemukan hakikat hidup yang dicarinya melalui
sebuah perjalanan panjang, Attar memutuskan kembali ke kota kelahirannya
Nishapur dan membuka kembali toko obat yang sempat ditutupnya.
Dalam karya yang fenomenal itu, Attar telah
menjelaskan 7 tahapan spiritualitas. Tingkatan-tingkatan keruhanian yang telah dilalui Attar selama berkelana
mencari hakikat hidup.
Lembah pertama
Aneka ragam godaan duniawi akan menghampiri dan itu harus bisa
ditaklukkan. Para pencari diharuskan berjuang dengan gigih untuk mendapatkan
cahaya ilahi yang didambanya dengan menghilangkan hasrat-hasrat duniawinya.
Hasrat duniawi ini jangan diartikan dengan meninggalkan dunia sepenuhnya
Lembah Cinta
Setelah melalui lembah pertama, sang pencari harus menemukan cinta sejati dalam dirinya untuk dapat menghalau tangan hitam akal yang menutupi ketajaman mata batin. Hanya dengan mata batinlah para pencari kebenaran ini dapat melihat realita apa adanya. Mata hati tidak dapat dibohongi. Dalam kecintaannya, seorang pencari haruslah memiliki kesudian untuk mengorbankan apa-apa darinya demi yang diharapkannya yang dicintanya. Keikhlasan dalam berkurban menunjukkan seberapa besar cintanya pada kekasihnya.
Lembah Kearifan
Dengan mata hati yang terbuka, seorang pencari dapat melihat jelas realita ciptaanNya. Dengan begitu kearifan akan menyertai kehidupannya. Jalan makrifat dapat dilalui dengan cara tata cara ibadah yang khusuk, dan latihan-latihan penempaan diri dalam.
Lembah Cinta
Setelah melalui lembah pertama, sang pencari harus menemukan cinta sejati dalam dirinya untuk dapat menghalau tangan hitam akal yang menutupi ketajaman mata batin. Hanya dengan mata batinlah para pencari kebenaran ini dapat melihat realita apa adanya. Mata hati tidak dapat dibohongi. Dalam kecintaannya, seorang pencari haruslah memiliki kesudian untuk mengorbankan apa-apa darinya demi yang diharapkannya yang dicintanya. Keikhlasan dalam berkurban menunjukkan seberapa besar cintanya pada kekasihnya.
Lembah Kearifan
Dengan mata hati yang terbuka, seorang pencari dapat melihat jelas realita ciptaanNya. Dengan begitu kearifan akan menyertai kehidupannya. Jalan makrifat dapat dilalui dengan cara tata cara ibadah yang khusuk, dan latihan-latihan penempaan diri dalam.
Lembah Kebebasan
Lembah ini merupakan tahapan yang harus dilalui para pencari yang sudah mampu menghilangkan nafsu untuk mendapatkan sesuatu dengan mudah atau dengan ikhtiar biasa. Dalam tingkatan ini kesibukan seorang pencari akan fokus pada hal-hal yang utama dan hakiki. Dia melihat segala seakan biasa, tanpa ada yang menakjubkan.
Lembah Keesaan Murni
Lembah keesaan murni sebuah lambang wujud, di mana dalam jagat raya ini hanya ada satu wujud yaitu wujud Tuhan.
Lembah Kebingungan
Di lembah ini sang pencari akan mengalami ketakjuban luar biasa karena semua menjadi serba terbalik. Siang jadi malam, malam jadi siang, semuanya serba berubah.
Lembah Ketiadaan
Inilah lembah terakhir dari sebuah pencarian. Sang pencari akan menemukan dirinya secara utuh. Yang ditemukannya hanyalah dirinya dan hakikat dirinya. Setelah tahap inipun sang pencari akan menemukan simurgh yang tak lain adalah hakikat dirinya sendiri.
Naskah oleh Attar yang disimpan
di Museum Pergamon
|
Selain Mantiqh at-Thair, karya-karya Attar
diantaranya: Diwan, Asrar Namah, Musibat
Namah, Ilahi Namah, Sarh al-Qabh, dan lain lain. Secara umum, karya-karya
Attar dapat dibagi ke dalam tiga kategori.Pertama, puisi yang ditulisnya lebih
bernuansa tasawuf atau sufistik yang menggambarkan keseimbangan yang sempurna.
Kategori pertama ini dikemas dengan seni cerita bertutur. Kedua, puisi-puisi
yang ditulisnya bertujuan untuk menyangkal kegiatan panteisme. Ketiga,
puisi-puisi yang berisi sanjungan terhadap Khalifah Ali bin Abi Thalib.'
Salah satu karya utama
Attar yang berjudul Asrar Namah dihadiahkan
kepada Maulana Jalaludin Rumi ketika keluarganya tinggal di Nishapur dalam
sebuah perjalanan menuju Konya. Rumi telah memberi inspirasi-inspirasi untuk
karya Attar. Selanjutnya, Rumi membandingkan dirinya dengan Attar dan memuji
Attar : “Attar telah menjelajahi melalui tujuh kota cinta sementara kita
hanya sampai di sebuah jalan tunggal”
Kisah kematian Attar bercampur antara legenda dan spekulasi. Attar
meninggal diumur yang ke-75 tahun.
Ia ditawan dan kemudian dieksekusi oleh pasukan
Tentara Mongol yang melakukan invasi ke wilayah Nishapur pada 1221 M. Menurut
sebuah cerita, Attar dipenjara oleh tentara Mongol. Lalu seseorang datang dan
mencoba menebusnya dengan ribuan batang perak. Namun, Attar menyarankan agar
Mongol tak melepaskannya. Tentara Mongol mengira penolakan itu dilakukan agar
tebusan yang diberikan lebih besar. Setelah itu datang lagi orang lain yang
membawa sekarung jerami untuk menebus Attar. Kali ini Attar meminta agar Mongol
melepaskannya. Tentara Mongol pun marah besar dan lalu memotong kepalaAttar. Attar dimakamkan di Shadyakh.
Makamnya yang megah dibangun Ali-Shir Nava'i pada abad ke-16.
Diambil dari berbagai sumber.
No comments:
Post a Comment
Please.... Leave your comment here...