Monday, 24 March 2014

Fariduddin Attar

Fariduddin Attar


Abu Hamid bin Abū Bakr Ibrahim atau lebih dikenal dengan nama pena Fariduddin Attar adalah seorang penyair muslim, teoritikus tasawuf dan hagiographer. Attar dilahirkan pada tahu 1145 di Nishapur, Persia. Ayahnya mewariskan rumah obat kepadanya. Oleh karena itu, namanya, Attar merupakan nama pena yang ia ambil dari pekerjaannya.Attar berarti herbalis, parfumist, apoteker.



The Conference of Birds
 dilukis oleh Habib Allah
 Attar telah menulis sebanyak 114 buah karya. Yang fenomenal diantaranya Mantiquth-Thair atau The Conference of Birds, Konferensi Para Burung. Dalam puisi tersebut, diceritakan bahwa burung-burung sedunia berkumpul untuk memutuskan siapa yang akan menjadi raja mereka. Seekor burung  Meragai(Hud-Hud), yang paling bijaksana diantara mereka yang merupakan duta besar yang dikirim oleh Sulaiman kepada Ratu Sheba, menganggap bahwa Simurgh(dalam bahasa persia berarti ”30 burung”) paling pantas menyandang gelar ini. Simurgh, burung mitos Persia yang dikatakan oleh Meragai tinggal dibelakang gunung Qaf. Ketika para burung mengatakan banyak alasan untuk tidak melakukan perjalanan ke gunung Qaf. Burung Meragai yang pintar membujuk dan berhasil meyakinkan para burung untuk melakukan perjalanan. Dalam perjalanannya, burung-burung harus melewati 7 lembah yaitu, Talab , Eshq (Cinta), Marifat (Kearifan), Istighnah (Pendirian), Tauhid (Keesaan Tuhan), Hayrat (Kebingungan) dan, akhirnya, Fuqur dan Fana. Pada akhirnya, hanya 30 ekor burung yang berhasil melewati 7 lembah tersebut dan menuju tempat tinggal Simurgh. Namun, yang mereka temukan adalah sebuah danau dan yang mereka lihat adalah refleksi mereka sendiri. Dengan demikian, Simurgh yang mereka cari tak lain adalah diri mereka sendiri. Kisah ini menggambarkan pencarian tasawuf. Para burung metofara untuk seorang yang menekuni sufi dijalan Allah, Simurgh sebagai Illahi dan perjalanan burung sebagai perjalanan sufi.


Mantiqh at-Thair merupakan kisah fenomenal yang ditulis Attar untuk menggambarkan sebuah pengalamannya. Kisah yang dituangkan dari pengalamannya mencari makna dan hakikat kehidupan.

Suatu hari seorang fakir berpakaian jubah singgah ke apoteknya. Konon, si fakir itu lalu menangis begitu menghirup aroma wewangian yang menebar di apotek milik Attar.
Menduga si fakir akan meminta-minta, Attar pun mencoba mengusirnya. Namun, si fakir berkukuh tak mau pergi dari tempat usaha Attar. Lalu si fakir berkata pada Attar, ''Tak sulit bagiku untuk meninggalkan apotekmu ini dan mengucapkan selamat tinggal kepada dunia yang bobrok ini. Yang melekat di badanku hanyalah jubah yang lusuh ini. Aku justru merasa kasihan kepadamu, bagaimana kamu meninggalkan dunia ini dengan harta yang kamu miliki.''
Sesaat setelah melontarkan kata-kata yang menghujam di hati Attar, si fakir itu lalu meninggal dunia di depan kios obat.
Pertemuannya dengan si fakir kemudian mengubah garis kehidupannya. Ia memutuskan menutup kios obatnya dan memilih berkelana mencari guru-guru sufi. Yang dicarinya hanya satu, yakni hakikat kehidupan. Laiknya si fakir yang singgah di toko obatnya, Attar berkelana dari satu negeri ke negeri lainnya untuk bertemu dengan syekh - pemimpin tarekat sufi. Beberapa negeri yang disinggahinya antara lain, Ray, Kufah, Makkah, Damaskus, Turkistan, hingga India. Di setiap syekh yang ditemuinya, Attar mempelajari tarekat dan menjalani kehidupan di khaniqah (tempat-tempat berkumpul untuk latihan dan praktik spiritual). Setelah menemukan hakikat hidup yang dicarinya melalui sebuah perjalanan panjang, Attar memutuskan kembali ke kota kelahirannya Nishapur dan membuka kembali toko obat yang sempat ditutupnya.

Dalam karya yang fenomenal itu, Attar telah menjelaskan 7 tahapan spiritualitas.  Tingkatan-tingkatan keruhanian yang telah dilalui Attar selama berkelana mencari hakikat hidup.

Lembah pertama
Aneka ragam godaan duniawi akan menghampiri dan itu harus bisa ditaklukkan. Para pencari diharuskan berjuang dengan gigih untuk mendapatkan cahaya ilahi yang didambanya dengan menghilangkan hasrat-hasrat duniawinya. Hasrat duniawi ini jangan diartikan dengan meninggalkan dunia sepenuhnya

Lembah Cinta
Setelah melalui lembah pertama, sang pencari harus menemukan cinta sejati dalam dirinya untuk dapat menghalau tangan hitam akal yang menutupi ketajaman mata batin. Hanya dengan mata batinlah para pencari kebenaran ini dapat melihat realita apa adanya. Mata hati tidak dapat dibohongi. Dalam kecintaannya, seorang pencari haruslah memiliki kesudian untuk mengorbankan apa-apa darinya demi yang diharapkannya yang dicintanya. Keikhlasan dalam berkurban menunjukkan seberapa besar cintanya pada kekasihnya.

Lembah Kearifan
Dengan mata hati yang terbuka, seorang pencari dapat melihat jelas realita ciptaanNya. Dengan begitu kearifan akan menyertai kehidupannya. Jalan makrifat dapat dilalui dengan cara tata cara ibadah yang khusuk, dan latihan-latihan penempaan diri dalam.

Lembah Kebebasan
Lembah ini merupakan tahapan yang harus dilalui para pencari yang sudah mampu menghilangkan nafsu untuk mendapatkan sesuatu dengan mudah atau dengan ikhtiar biasa. Dalam tingkatan ini kesibukan seorang pencari akan fokus pada hal-hal yang utama dan hakiki. Dia melihat segala seakan biasa, tanpa ada yang menakjubkan.

Lembah Keesaan Murni
Lembah keesaan murni sebuah lambang wujud, di mana dalam jagat raya ini hanya ada satu wujud yaitu wujud Tuhan.

Lembah Kebingungan
Di lembah ini sang pencari akan mengalami ketakjuban luar biasa karena semua menjadi serba terbalik. Siang jadi malam, malam jadi siang, semuanya serba berubah.

Lembah Ketiadaan
Inilah lembah terakhir dari sebuah pencarian. Sang pencari akan menemukan dirinya secara utuh. Yang ditemukannya hanyalah dirinya dan hakikat dirinya. Setelah tahap inipun sang pencari akan menemukan simurgh yang tak lain adalah hakikat dirinya sendiri.  


Naskah oleh Attar yang disimpan 
di Museum Pergamon
Selain Mantiqh at-Thair, karya-karya Attar diantaranya: Diwan, Asrar Namah, Musibat Namah, Ilahi Namah, Sarh al-Qabh, dan lain lain. Secara umum, karya-karya Attar dapat dibagi ke dalam tiga kategori.Pertama, puisi yang ditulisnya lebih bernuansa tasawuf atau sufistik yang menggambarkan keseimbangan yang sempurna. Kategori pertama ini dikemas dengan seni cerita bertutur. Kedua, puisi-puisi yang ditulisnya bertujuan untuk menyangkal kegiatan panteisme. Ketiga, puisi-puisi yang berisi sanjungan terhadap Khalifah Ali bin Abi Thalib.'

Salah satu karya utama Attar yang berjudul Asrar Namah dihadiahkan kepada Maulana Jalaludin Rumi ketika keluarganya tinggal di Nishapur dalam sebuah perjalanan menuju Konya. Rumi telah memberi inspirasi-inspirasi untuk karya Attar. Selanjutnya, Rumi membandingkan dirinya dengan Attar dan memuji Attar : “Attar telah menjelajahi melalui tujuh kota cinta sementara kita hanya sampai di sebuah jalan tunggal”

Kisah kematian Attar bercampur antara legenda dan spekulasi. Attar meninggal diumur yang ke-75 tahun. Ia ditawan dan kemudian dieksekusi oleh pasukan Tentara Mongol yang melakukan invasi ke wilayah Nishapur pada 1221 M. Menurut sebuah cerita, Attar dipenjara oleh tentara Mongol. Lalu seseorang datang dan mencoba menebusnya dengan ribuan batang perak. Namun, Attar menyarankan agar Mongol tak melepaskannya. Tentara Mongol mengira penolakan itu dilakukan agar tebusan yang diberikan lebih besar. Setelah itu datang lagi orang lain yang membawa sekarung jerami untuk menebus Attar. Kali ini Attar meminta agar Mongol melepaskannya. Tentara Mongol pun marah besar dan lalu memotong kepalaAttar. Attar dimakamkan di Shadyakh. Makamnya yang megah dibangun Ali-Shir Nava'i pada abad ke-16.

Diambil dari berbagai sumber.

            

No comments:

Post a Comment

Please.... Leave your comment here...